Selasa, 25 November 2014

Peran TQM dalam Dunia Pendidikan

Tulisan berikut merupakan karya:
Claudia Vianney
NRP 3203013093


Tingkat pengangguran di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Sebagian besar dari pengangguran tersebut adalah sarjana. Pada akhir tahun 2013 Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhamin Iskandar  mengungkapkan bahwa 610 ribu dari 7,17 juta pengangguran di Indonesia adalah “pengangguran intelektual” atau dari kalangan universitas. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oeh dosen FISIP Unair Bagong Suyanto tercatat di Jawa Timur, 1.074 sarjana hukum yang mencari kerja 1.064 diantaranya belum bekerja dan dari 728 sarjana ekonomi tercatat 710 orang belum mendapatkan pekerjaan (Jawa Pos, 31 Oktober-1 November 2014).
            Data diatas membuktikan bahwa kualitas sarjana di Indonesia tidak memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh para pemberi kerja. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah universitas yang belum menerpakan TQM (Total Quality management) dalam proses operasionalnya. TQM merupakan pendekatan yang berorientasi pada pelanggan dengan memperkenalkan perubahan manajemen secara sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Kegagalan tersebut berasal dari pihak internal yang salah dalam menerapkan pendekatan input-output yang seolah-olah kualitas pendidikan akan meningkat jika tingkat input juga ditingkatkan. Misalnya, dengan menambah tenaga pengajar dan fasilitas gedung diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan, padahal masih banyak faktor lain yang harus dikembangkan untuk mencapai kualitas yang lebih baik. 

            TQM dapat diwujudkan melalui kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, komunikasi, penghargaan, dan pengukuran. Manajemen puncak menerapkan kepemimpinan dengan menetapkan visi dan misi yang strategis dan sesuai dengan komitmen terhadap TQM. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dosen dan tenaga pengajar lainnya diwajibkan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang cara menyampaikan materi yang baik atau hal lain yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat memahami materi dengan maksimal. Komunikasi yang baik antara pihak universitas dengan mahasiswa juga menjadi kunci utama keberhasilan TQM. Dengan adanya komunikasi dua arah dari pihak internal dan eksternal akan menimbulkan hubungan yang baik pula, sehingga proses perkuliahan juga dapat berjalan dengan lancar. Kemudian, bagi mahasiswa dan dosen yang berprestasi diberikan penghargaan agar dapat memotivasi mereka sehingga tetap berkontribusi positif bagi kegiatan belajar-mengajar karena selama ini universitas kurang memberikan apresisasi terhadap mahasiswa atau dosen yang berprestasi. Perbaikan secara terus menerus perlu untuk dilakukan, tetapi hasil dari perbaikan tersebut perlu diukur dan dievaluasi lagi agar keberhasilan program dapat dinilai dengan objektif.

            Jika setiap universitas di Indonesia mulai menerapkan TQM dalam kegiatan operasionalnya pasti lulusan yang dihasilkan juga akan lebih berkualitas pula. Dengan demikian tingkat sarjana yang menganggur di Indonesia akan berkurang dengan sendirinya. Tingkat pengangguran sarjana yang tinggi disebabkan karena sarjana muda dianggap tidak siap menghadapi dunia kerja karena kemampuan yang dimilikinya masih jauh dari spesifikasi yang dibutuhkan perusahaan. Oleh karena itu, TQM memegang peranan yang penting tidak hanya dalam dunia pendidikan saja, tetapi TQM juga dapat diterapkan dalam berbagai kondisi untuk meningkatkan kualitas produk yang dikehendaki.


Referensi :
Supriyanto, Achmad. 1999. Total Quality Management (TQM) di Bidang Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang
Iskandar, Muhaimin. 3 Nov 2013. 600 Ribu Sarjana di Indonesia Jadi Pengangguran. Tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar